Jiwa yang Lelah

Duhai Jiwa yang lelah…
Apakah Engkau punya agama?
Agama yang jadi Sandaran hati di setiap koyakan peluru
Mengapa Engkau Menelusup menjadi serupa namun tak sama?
Gayamu Menampar kehidupan dengan cara perbedaan
Perangaimu Membuat Beda untuk mendapat Perhatian
.
Tahukah Engkau sahabat…
Waktu terus Berjalan
Bumi terus mengintari sosok Surya
Angin mengalir ke berbagai pelosok
Hati kadang tak nyaman akan sangkaan
Sangkaan yang mmebuatmu berubah
Namun… berubahlah dengan elok
Seelok Kedamaian yang kau Idamkan
.
Dimanakah Tuhan yang kau Akui?
Jika engkau mendewakan Egomu
Membuat kotor mereka yang telah berlindung
Mengaduk Perih keunikan yang telah serasi
.
Duhai Jiwa yang butuh Kawan
Carilah jiwa yang membuatmu Nyaman
Bukan dengan cara seperti hewan
Hingga kau terkenal karena Sikap Setan
Semoga Engkau Segera menemukan Kenikmata
Dalam Agama atas Nama Tuhan
.
Indah nian sikapmu jika Rupawan
Elaborasi dalam jiwa setiap Insan
Tak sekedar Nama yang membuatmu Terkenal
Namun juga kebaikanmu yang kental

Puisi Headline Kompasiana

Jaga Selalu Hatimu

Jaga Selalu Hatimu
Jaga Hati agar menderu keindahan
Jaga Lisan agar terpatri kenyaman
Terus mengolah kehidupan
Meratap dalam kehampaan
Hampa karena perbuatan
Perbaiki dengan kebaikan

Bertrilyun orang bicara tiap hari
Entah ada isi atau hanya secuil materi
Katanya hanya ocehan tentang imaji
Jaga pandangan agar tak terbayang misteri

Jiwa-jiwa terhormat menikmati kehidupan
Remuk pongah bagaikan makanan
Padahal dia tahu, kehormatan bukan segalanya
Semoga kehormatan tak jadikannya sayur bayam

Hatimu atau juga hatiku tersimpan dalam ruang gelap
Namun dari situ terpancar berbagai hal kebijaksanaan
Arus air mungkin deras, namun dirimu nyaman dengan hati baik
Koreksi diri saat hati tak merasa terjaga
Hilang karena derasnya feses pada arus air

Selamet Hariadi | *5 September 2013

 

Manja

Saat itu…
Manja menjadi kebutuhan diri
Perhatian begitu besar pada pertumbuhan
Merajut kehidupan… merangkai rangka jiwa

Merajuk, membuat rasa nyaman keluarga
Menyenangkan saat mereka menuruti
Bangga saat pujian terlantun lembut
Semangat membangun dalam nikmatnya kehidupan

Manjanya perhatian
Melukiskan elaborasi candaan
Indah rasanya bila disertai senyuman
Menggulung nilai materi untuk kesenangan

Salam Sayang untuk mereka…
Mereka yang seharusnya diperhatikan
Membalas lebih baik tak sekedar semangka
Kehidupan mereka yang harusnya sekarang nyaman

Maaf bila terlalu memikirkan kawan
Padahal hanya sekadar makan bakwan
Mereka memberikan waktu pemikiran
Seharusnya dapat pula kebahagiaan

Oh Tuhan penguasa Alam…
Hamba mohon bantuan
Mencerahkan kehidupan
Untuk semua Insan
Terutama mereka yang memikirkan
Imaji masa membuat terlupa mereka
Mereka yang harus dan harus santai

Parlemen Jalanan

parlemen Jalanan Puisi.SelametHariadi.com

Gedung Dewan ditutup dengan kunci
Padahal rakyat ingin sampaikan aspirasi
Tentang Hidup dan Hak Asasi
Demi hidup dengan sesuap nasi
.
Parlemen Jalanan adalah jerita Hati
Saat Wakil Rakyat tak mendengar aspirasi
Sekedar basa-basi tanpa aksi
Melucuti uang Rakyat untuk pribadi
.
Duhai Wakil Rakyat yang Baik Hati
Semoga segera terbuka Nurani
Dengan jalan dari Ilahi
Ingat Janji dulu untuk berbakti
Untuk Rakyat di seluruh negeri
.
Di dalam gedung mewah kami butuh Aksi Nyata
Buat hanya iklan yang berjuta-juta
Membuat Rakyat salah prasangka
Karena akan datang tahun Pilkada
.
Parlemen jalanan Mengingatkan janji
Janji Wakil Rakyat bukan hanya Imagi
Jaulihah darimu segala tentang Korupsi
Termasuk juga korupsi Janji
.
Rakyat tak hanya butuh Balsem
Karena hanya sementara mesem
Lalu teringat tentang usaha
Usaha yang tak hanya sementara
.
Parlemen Jalanan menggugat wakil Rakyat
Pilihan Rakyat yang hanya absen Rapat
Pemilu datang, akhirnya merapat
Setelah Pemilu tak tahu tempat
.
Parlemen Jalanan dari Sebagian Rakyat
Karena tak semua Rakyat bisa ada di tempat
Doa kami untuk sang pejuang Rakyat
Rakyat agar terangkat Harkat dan Martabat
.
Jeritan Jalanan semua terdengar ke dalam ruangan
Ruang yang penuh AC yang buat nyaman
Lihatlah keluar duhai Anggota Dewan
Rakyat butuh Perhatian bukan hanya Iklan

 

Duhai Wanita… Jagalah Jilbabmu!

Duhai Wanita… Jagalah Jilbabmu

Parasmu cantik bukan tontonan umum
Sikap agunmu bukan makanan umum
Bekerjalah dengan landasan agama
.
Duhai Wanita…
Saat kau membiarkan candaan seksualitas
Saat kau membiarkan kedekatan berlebihan
Saat kau halalkan keakraban sebagai bentuk kenyamanan komunikasi
Maka…
Semoga engkau mengkoreksi diri
Semoga ALLAH menjaga dan melindungimu
Semoga ALLAH membimbingmu selalu dalam kebaikan
.
Bising dunia jangan kau ikuti
Acuhlah pada rayuan lingkungan kurang baik
Jaga sikap, perkataan, perilaku dan hati
Jagalah Jilbabmu… Jagalah jalan kebaikan ini

Selamet Hariadi – 3 September 2013

 

Wisata Kampus UI

Kampus Besar dengan mengusung nama Besar
Nama Besar Negara menempel sebagai nama Kampus
Kampus dengan berbagai lapisan masyarakat
Masyarakat di berbagai negeri

Kampus Wisata aku menyebutnya
Tak hanya berkutat kuliah disini
Tak hanya bertemu teman disini
Namun juga berwisata disini

Danau luas membuat mata nyaman
Pepohonan nan rimbun menyejukkan
Hijau seakan bergelora di kampus kuning
Membuat Indah dengan berbagai usaha

Kuning melekat sebagai warna kampus
Bis-bis kuning hilir mudik di kampus ini
Sepeda-sepeda kuning pula ikut berada
Jas-jas kuning tak lupa menyapa

Indah nian jika semua memperhatikan
Memperhatikan pengelolaan keindahan
Keindahan tempat belajar kampus
Agar jadi kampus yang menyejukkan

Selamet Hariadi
*15 Juni 2013

Langit Musik

Langit Musik Music www.SelametHariadi.com
Langit Musik

Penuh Musik di langit negeri

Mendendang menghujam hati

Menderu menyapa aksi

Berpadu untuk perbaikan hati

 

Perlu sadar sang penyanyi

Perlu sadar pula sang pembuat lagu

Bahwa untaian lantunan akan menjadi inspirasi

Semoga hanya baik dan lebih baik yang terjadi

Agar menjadi insan penuh arti

 

Langit penuh musik aneka warna

Meracik Bhinneka Tunggal Ika

Tersegmen secara tersendiri

Tinggal rakyat yang menjatuhkan hati

 

Sang anak butuh lagu anak

Bukan lagu berlangit musik dewasa

Agar mereka bisa berkembang dengan baik

Menjadi generasi pembaik negeri

 

Selamet Hariadi

*13 Juni 2013

Pagi Ulangan?

Embun kian beriringan membasahi
Mentari kian kokoh mempersiapkan diri
Manusia mulai terlepas dari nikmatnya mimpi
Suara mulai berirama mengkaji

Elaborasi kehidupan yang terulang
Semua seakan sebagai aktivitas
Ulang dan seakan terulang
Posisi Bumi tentu berbeda batas

Posisi Fisik mungkin seperti ulangan
Namun jiwa dan sikap tentu berbeda
Tantangan tentu juga lain lagi
Solusi tentunya harus Lebih Baik

Mekar Mewangi

Indah nian waktu pagi dengan Embun
Menetes air sedikit demi sedikit
Memberi Makna kesejukan dan kesegaran
Sebuah awal melangsungkan hari dengan Semangat

Bunga harum nan mekar
Mewangi memberikan ketengan fikiran
Harumnya membimbing kedamaian jiwa
Elok pesona waktu mentari yang masih malu

Sistem Syaraf tubuh mulai beraksi
membentang Harapan jauh ke depan
Agar Mewangi menjadi hingga ujung waktu
Mekar dalam indahnya jalan Kebaikan Ilahi

Deras Nasehat

Nasehat, kata indah dalam berbagai bentuk
Menelusuri relung hati
Mengoyak otak Berfikir
Mendamaikan Jiwa

Deras menuju kebaikan
Dalam ranah kehidupan Penuh Cinta
Cinta kebaikan dalam Kehidupan
Nasehat menderu Diri

Dalam Tujuan kehidupan yang Indah
Meramu laku dan kata
Deras Nasehat dalam Saringan